Studi terbaru menyebutkan aktifitas seksual pada pria, wanita, atupun gay terbukti mampu menaikkan level testosteron, meski efek kenaikan testosteron lebih banyak
dijumpai pada para wanita. Pada wanita kenaikan testosteron semakin memudahkan mereka mengalami orgasme, meningkatkan rasa percaya
diri,
dan membuat mereka jadi semakin terlihat seksi.. Hormon testosteron sendiri memainkan peran penting
dalam perkembangan
dan pemeliharaan karakteristik maskulin secara fisik pada laki-laki, meski wanita juga memilikinya
dalam jumlah yang tak begitu banyak.
Dalam studi pertama (ada
dua studi
dalam riset ini)
disebutkan wanita
dan pria bisa merubah tingkat hormon mereka berdasarkan seberapa sering mereka berpelukan, bermesraan ataupun bersenggama, yang secara otomatis akan meningkatkan tingkat testosteron. Naik
dan turunnya tingkat testosteron memang berpengaruh pada kesehatan, meskipun kenaikan yang terdeteksi masih berada
dalam batas wajar.
"Studi pertama kita menemukan efek positif pada kenaikan level testosteron," papar pemimpin studi Sari van Anders, peneliti
dari
department of Psychology, Universitas Simon Fraser, Kanada, yang melakukan
dua rangkaian studi bersama timnya secara terpisah.
Penelitian yang
dipublikasikan untuk Jurnal Hormones
dan Behavior, meneliti tingkat testosteron pada 49 wanita sebelum
dan setelah berpelukan, bersenggama
dan berlatih fisik. Setelah melakukan aktifitas seks, responden
diminta mengisi kuisioner termasuk pengalaman orgasme, tingkat hasrat seksual,
dan perasaan yang mereka rasakan setelah bersenggama.
dalam hal ini latihan juga ikut beperan, karena berlatih fisik juga turut mengubah kondisi biokimia seseorang.
Studi mencatat tingkat testosteron pada responden sebelum
dan sesudah berpelukan
dan berhubungan seksual, hasilnya level testosteron semakin naik setelah bersenggama. Semakin tinggi tingkat testosteron, orgasme pada wanita akan semakin baik,
dan 'perasaan seksi' secara seksual semakin meningkat pada hari berikutnya.
"Kita masih belum tahu bagaimana tingkat testosteron bisa mengalami peningkatan setelah bersenggama
dan setelah berhubungan fisik. Namun ada kemungkinan untuk melakukan studi lebih jauh termasuk tingkat testosteron pada kenaikan gairah seks, mood (suasana hati) yang lebih positif,
dan menambahan energi," tambah van Anders.
Studi kedua juga meneliti kenaikan tingkat testosteron namun
dilakukan pada responden berstatus single, monogamous (seks
dengan satu pasangan)
dan polyamorous. Mereka yang
dikategorikan polyamorous adalah mereka yang memiliki komitmen hubungan seksual lebih
dari satu pasangan.
Para peneliti menemukan, mereka yang masuk kategori poligami memiliki tingkat testosteron lebih tinggi
dibanding yang single
dan monogami. Berdasarkan teori, peneliti menyatakan 'pemeliharaan hubungan'
dan persiapan untuk 'bersaing' juga ikut andil
dalam peningkatan testosteron.
Secara eksternal persaingan tersebut memberikan efek yang baik sebagai senjata untuk menangkis pesaing lain, sementara secara internal lebih menyiapkan individu untuk bersiap memiliki anak. Sementara studi lain menunjukkan bahwa sperma yang berasal
dari pria yang berbeda harus bersaing untuk membuahi sel telur, meskipun wanita juga memiliki pengaruh untuk menentukan siapa 'pemenangnya'.
Peter Gray, professor assisten
dari
department of Anthropology and Ethnic Studies, Universitas Nevada, Los Vegas, menyambut baik hasil
dua studi yang berhubungan
dengan tingkat testosteron
dan hubungannya
dalam kaitannya
dengan sebuah hubungan
dan aktivitas seksual. Gray sepakat bahwa hubungan sosial
dan kelenjar seks (gonads) saling berpengaruh. Gray juga menyarankan van Anders
dkk melakukan studi lebih lanjut tentang hubungan aktifitas seksual
dengan kondisi klinis yang mengakibatkan menurunnya gairah seksual
dan energi.